Senin, 10 September 2012

He is My Sunshine 2 (cerbung)


 Hai , i'm again .. ini kisah Clarise yang selanjutnya .. Selamat membaca dan mohon beri komentar di bawah, Kalian lebih suka Kyle atau Axel ?? :D





Clarise menjentik-jentikkan jarinya tepat di depan mata Tere yang mulai memejamkan mata. “Hei, hei… bangun!”

Seketika Tere membuka matanya yang memerah lebar-lebar. Ia geleng-geleng kepala sejenak lalu mengucek-ngucek matanya. “Oh, Tuhan, kantuk ini sudah membunuhku. Untung saja Monsieur Doughlas tidak membunuhku juga! Sebenarnya aku sudah tertidur sejak pelajaran Sastra Inggris tadi.”

Clarise mencomot kentang goreng di hadapannya sambil membaca novel dan berujar enteng. “Memangnya kau pulang dari rumah Gabrielle jam berapa? Aku heran kenapa Gabrielle mengadakan pesta tidak pada saat weekend saja. Kalau begini kan susah. Aku dengar banyak dari mahasiswa teknik yang tidak masuk hari ini.”
“Yaah… begitulah. Aku akan protes begitu bertemu Gabrielle nanti.” Tere menguap lalu buru-buru menutup mulutnya. “Lalu bagaimana dengan ibumu? Apa tadi malam kau jadi di panggang?”

Clarise tertawa. “Tidak. Ibuku tidak akan setega itu. Lagipula tadi malam aku tidak bertemu ibuku. Sepertinya ia belum pulang dari butik. Aku baru bertemu ibu saat sarapan tadi.” mata Clarise berbinar. “Dan hebatnya lagi, ibuku tidak menanyakan apapun soal pesta tadi malam. Mungkin karena saking lelahnya sampai ibu lupa akan kebiasaannya mengintrogasiku.”

“Kau beruntung sekali.” Tere menyeruput kopi Clarise. “Lalu bagaimana dengan lelaki itu? eh, siapa namanya? Kyle?”
Seketika Clarise ingat. Mengingatnya sukses membuat aliran darah di sekujur tubuhnya mengalir deras. “Ahh, dia… aku bahkan belum tahu bagaimana wajahnya. Dia masih memakai topeng di akhir pertemuan kita. Aku jadi penasaran dengan wajahnya.” Clarise mengepalkan tangannya. “Tapi bagaimanapun juga aku harus menemukannya. Harus! Kau bisa bantu aku, kan, Tere?” Clarise beralih menatap Tere lalu seketika ia mendengus keras. “Tidur lagi!”


***


Clarise pergi menuju kantin yang paling dekat dengan fakultasnya lalu berjalan menuju vending machine. Mata kuliah statistika sangat membuatnya kehausan siang ini. Clarise memasukkan beberapa koin ke dalam celah lalu memilih sebotol jus jeruk. Beberapa saat ia menunggu minumannya keluar sambil memeriksa ponsel. Tidak ada SMS dari siapapun. Bahkan dari Axel. Kemana perginya lelaki itu? Apa Clarise harus menghampirinya di fakultas kedokteran, tempat dimana ia belajar? Clarise mengangkat bahu. Sebaiknya tidak usah. Clarise malah merasa menjadi penganggu kalau terus-terusan mengganggu ketenangan hidup Axel. Tapi... hey, kenapa minuman dinginnya tidak keluar-keluar?

Clarise memeriksa lubangnya, dan tidak menemukan apapun disana. Ya ampun, ia sangat haus dan ia tidak bisa menolelir siapapun yang mengganggunya di saat haus seperti ini.
Clarise memukul-mukul vending machine itu lalu menekan segala tombol yang ada disitu. Ia memandang ke segala arah dan tidak menemukan siapapun di kantin itu yang dapat dimintai tolong. Ya Tuhan, cobaan apalagi ini.
Clarise masih memukul-mukul vending machine itu dan yang terakhir ia menendangnya hingga kakinya sendiri yang kesakitan.

“Aduh, kaki gue!!” teriaknya.
“Salah apa lemari es itu hingga kau menendang-nendangnya?”
Clarise terpaksa tidak mengacuhkan rasa sakit di kakinya lalu mendongak untuk melihat siapa yang berbicara barusan.

Dan seketika Clarise tertegun menatap lelaki tinggi yang berdiri menjulang di sebelahnya sedang tersenyum menatapnya dengan ekspresi geli. Dan saat pertama kali melihatnya, Clarise merasa ia tidak mengenal lelaki itu. Matanya biru, rambut hitam kecokelatan, hidungnya yang tinggi, kulit sebening porselen… astaga, makhluk darimana ini? Tapi bagaimanapun juga Clarise memasang wajahnya agar terlihat biasa saja lalu tersenyum aneh.

“Eh, hai…” malah itu yang keluar dari mulut Clarise. Seketika ia membodohi dirinya sendiri. Ia bertingkah kikuk sambil menunjuk ke arah alat bodoh itu. “Ini… tiba-tiba saja tidak berfungsi. Minumanku tidak bisa keluar.” Jelasnya.

Lelaki itu menaikkan alis, bergerak menekan salah satu tombol, lalu membungkuk sambil memasukkan tangannya ke arah lubang. Dan magically, minuman dingin Clarise sudah berada di tangan lelaki itu. Clarise langsung tersenyum lega. Ia menerima minuman dinginnya.

“Terimakasih banyak! Aku tidak tahu kalau tidak ada kau mungkin kulitku sudah pecah-pecah karena kekeringan. Sekali lagi terimakasih.”
Lelaki itu tertawa.“Jangan berkata begitu. Aku hanya kebetulan lewat sini dan melihatmu.”
“Ooh, kau fakultas teknik juga?” Clarise membuka tutup botol minumannya lalu meminumnya seteguk.

Lelaki di depannya cuma melongo heran. “Kau lupa?”
“Eerr…” Clarise ikut-ikutan bingung. “Aku tidak lupa. Aku memang tidak tahu.”
Dan seketika lelaki itu tersenyum lebar. “Oh, Tuhan. Saat kau berkata ‘hai’, kukira kau benar-benar mengingatku. Ternyata, kau sama sekali tidak tahu?”

Clarise menggigit bibir bawahnya sambil menggeleng. Benar, ia tidak pernah mengenal lelaki ini. Atau mungkin mereka pernah bertemu?
“Astaga, aku Kyle! Kau lupa?”
Dan disaat yang sama Clarise terbatuk-batuk. Ia tersedak liurnya sendiri. “Apa?” ujarnya disela batuk-batuk.

“Hey, apa yang membuatmu batuk? Kau terkejut?” Kyle mengusap-ngusap punggung Clarise.
Clarise mengamati wajahnya dengan seksama. Seharusnya ia mengingat rambut cokelat dan perawakan tubuhnya. Harusnya ia mengingat itu!
“Jadi ini kau?” tanyanya masih tidak percaya.
Kyle tersenyum sambil menggut-manggut. “Kenapa? Wajah yang tidak seperti yang kau harapkan?”

Ini lebih dari yang seperti ku bayangkan, gumam Clarise dalam hati.
“Kau tidak ada kuliah?” tanya Kyle ketika mendapati Clarise hanya diam membisu dan tersenyum.
“Ah, tidak. Aku sudah selesai. Hanya saja ada seorang dosen yang ingin bertemu denganku pukul satu nanti. Bagaimana denganmu?”
“Aku juga baru akan pulang. Tapi…” Kyle melirik jam tangannya. “Kau masih harus menunggu sekitar satu setengah jam lagi.”

Clarise membenarkan. “Ya begitulah. Semua temanku sudah pulang. Tere juga. Dia sudah terserang virus kantuk dan memutuskan untuk pulang. Biasanya dia yang selalu menemaniku.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau aku saja yang menemanimu?”
“Ah tidak usah, aku tidak suka merepotkanmu.” Clarise buru-buru menolak.
“Kalau kau tak mau kutemani, maukah kau menemaniku makan siang?” Kyle tersenyum jahil.

Clarise lagi-lagi tertawa. “Bukankah itu sama saja?” Clarise tampak menimbang lalu berkata. “Baiklah aku mau. Kau mau makan apa?”
“Hmm, apa saja. Kau sedang ingin makan apa?”
“Aku ingin makan bouef bourguinon.”
Mata Kyle melebar. “Oh ya? Kita punya selera yang sama. Aku juga penggemar beef. Kalau begitu ayo.” 


***


Kyle adalah sosok pribadi yang ramah, humoris dan menyenangkan. Berbicara dengannya selama satu setengah jam akan terasa seperti semenit. Clarise sangat menyukai lelaki seperti ini. Ia tak akan merasa bosan walau hanya duduk di kafetaria ini selama satu jam setengah dengan piring-piring yang sudah kosong. Makanan mereka sudah habis satu jam yang lalu dan Clarise tak ingin cepat-cepat beranjak dari situ. Berbicara dengan Kyle seperti berbicara dengan ibunya sendiri. Tak akan habis cerita yang mengalir. Kyle yang tampaknya pendiam itu ternyata sangat pandai bercerita. Malah terkadang mereka terlibat adu pendapat. Tapi semuanya mengantar mereka kembali untuk tertawa.

“Oke, Clarise, ini sudah jam satu. Kau harus menemui dosenmu sekarang kalau tidak ingin terlambat.” Kyle menyarankan.
Clarise sedikit kecewa karena sebenarnya ia ingin berlama-lama lagi dengan Kyle. Ada banyak yang belum ia ketahui soal Kyle. Tapi masih ada waktu lain untuk mengobrol kembali.

“Baiklah. Aku harus segera menemui orang itu. Kau tidak ada acara lagi?”
“Tidak. Hanya membereskan apartemenku yang masih berantakan.” Kyle tersenyum manis.
Kyle mengantarkannya sampai di depan ruangan para dosen. Clarise melambai penuh semangat kearah Kyle sebelum ia masuk ke ruangan itu. Kyle tersenyum lalu membalas lambaiannya. “Sampai jumpa, Clarise.”


***


Clarise tidak tahu kalau Axel tengah berada di butik ibunya sore hari itu. Usai bertemu dengan dosen, Clarise langsung menuju ke butik karena ia cukup penat berada di rumah yang pasti akan sesepi kuburan. Ibunya selalu menghabiskan waktunya di butik dan pulang hingga larut malam. Sementara adik perempuannya, Claudy, masih belum kembali dari Indonesia. Ia masih asyik menghabiskan liburannya di rumah nenek, di Jogjakarta.

“Astaga, kau disini?” kata Clarise bingung harus terkejut atau senang. “Kenapa tidak meneleponku dulu? Sudah lama menungguku?”
“Ponselmu saja mati. Bagaimana aku bisa meneleponmu. Aku sudah menunggu selama tiga puluh menit disini.” Kata Axel cuek. Clarise bisa menangkap bahwa Axel sedang marah padanya. Ia saja barusan menyadari kalau ia sudah mematikan ponsel sejak tadi.

“Maaf. Aku lupa tidak menyalakan ponsel.” Clarise menyesal. “Lalu mengapa tumben sekali kau datang kesini? Masih ingat aku?”
“Ya Tuhan, apa salah kalau aku merindukanmu dan ingin bertemu denganmu? Aku ingin mengajakmu ke Champ Elysee. Ada sesuatu yang ingin kubeli disana?”
“Apalagi? Pasti parfum?” Clarise heran kenapa lelaki ini gemar sekali mengoleksi berbagai parfum di rumahnya. Sampai-sampai ia membeli sebuah lemari besar untuk menyimpan koleksi parfumnya.
“Ya… apalagi? Bagaimana? Kau setuju, bukan?”
“Oke. Tapi tunggu sebentar. Aku mandi dulu.” Setelah mendapat persetujuan Axel, Clarise melepas sepatunya lalu masuk menuju kamar mandi.


***




Clarise dan Axel baru saja keluar dari gerai parfum terkenal di Champ Elysee lalu berjalan menuju trotoar secara beriringan. Keadaan Champ Elysee malam ini seperti biasa. Penuh sesak oleh para turis dan penduduk lokal yang ingin menghamburkan uangnya. Clarise benar-benar malas berjalan-jalan di seputaran Champ Elysee. Karena ia tidak bisa berhenti melotot melihat harga-harga di pertokoan ini yang tidak ada yang murah! Ia lebih suka berjalan-jalan di Rue Sufflot yang terletak di dekat kampusnya karena harga produknya yang lebih miring dan pas di kantongnya.

Sebenarnya Axel tadi memaksa untuk membelikannya parfum dan berulang kali Clarise harus menolak karena ia sendiri sudah memiliki parfum. Lagipula ia tidak akan pernah tega menyuruh Axel membelikannya barang pribadi karena Axel sendiri seorang mahasiswa yang berpenghasilan tak tentu. Kadang menjadi seorang pelayan restoran, penjaga toko, petugas perpustakaan kampus dan bahkan Clarise pernah melihatnya bekerja sebagai bartender. Clarise sangat tahu bahwa Axel ingin mewujudkan cita-citanya sebagai mahasiswa yang mandiri. Karena tentu saja tidak selamanya ia bisa bergantung pada uang kiriman orangtua angkatnya.

“Aku ingin makan Baquette…” kata Axel sambil melihat ke gerai roti.
“Kau tidak usah jajan diluar. Kau boleh makan sepuasnya di rumahku.”
“Aku tidak enak kalau terus-terusan merepoti ibumu, Clare…” jelas Axel.
Clarise mengibaskan tangannya. “Ibuku tidak masalah. Lagipula kau sudah mengenal keluarga hampir lima tahun. Ibuku juga menyayangimu selayaknya anak sendiri.”

Axel hanya tersenyum simpul. Tapi tiba-tiba Axel menarik lengan Clarise mendekat. Clarise begitu terkejut ketika Axel menyentuhnya. Dan bersamaan dengan itu seorang lelaki yang memakai baju lengan panjang warna khaki tiba-tiba datang mendekat. Clarise langsung tahu karena ini adalah spontanitas Axel saat seorang lelaki tak dikenal menghampiri mereka. Ia selalu cepat-cepat menarik lengan Clarise mendekat ke arahnya.

“Hai… Mademoiselle Clarise…”
Clarise butuh waktu tiga detik untuk menyadari bahwa lelaki yang menghampirinya tadi adalah Kyle. Matanya langsung melebar. “Astaga, Kyle! So surprise meet you here.”
“Awalnya aku agak ragu. Karena itu aku menghampirimu dan memastikan itu kau.”
“Oh… kau sendirian?” entah mengapa Clarise sangat senang bertemu dengan Kyle disini.
“Tidak. Bersama teman-teman yang lainnya. Mereka ada disana.” Kyle menunjuk ke salah satu arah, Clarise mengikuti arah yang ia tunjuk. Sekitar lima orang lelaki yang berdiri disana.

“Oh…” Clarise mengangguk-angguk lalu memperkenalkan Kyle pada Axel. “Ini sahabatku. Dia belajar di fakultas kedokteran.”
Kyle menjabat tangan Axel. Kyle tersenyum ramah, sementara Axel hanya mengangguk acuh tak acuh.
“Ah, baiklah. Aku harus kembali pada teman-temanku sebelum mereka mengamuk. So see you tomorrow…” Kyle berpamitan.
“Oke, see you…” Clarise melambai dan melihat kepergian Kyle sampai ia menjauh.

“Siapa dia? Pacarmu?”
Clarise buru-buru menoleh menatap Axel. “Bukan! Dia seniorku. Kami bertemu di pesta haloween.”
“Sepertinya kau tertarik dengannya. Benar?”
“Ya, sedikit.” Clarise mempertemukan jari telunjuknya dengan jempol.
“Lalu kenapa tidak berpacaran dengannya saja? kelihatannya dia juga menyukaimu.”

Clarise heran melihat Axel yang mendesaknya seperti itu. “Kau ini. Kami baru saja bertemu. Kenapa menyuruhku berpacaran dengannya? Lagipula dia orang Amerika.”
“Lalu kenapa kalau dia orang Amerika? Kau sedang malas berhubungan dengan orang yang berbeda budaya?”
“Ya. Aku sudah berkali-kali bertemu dengan orang Amerika dan aku selalu tidak cocok dengan mereka. Tapi kali ini…” Clarise menerawang ke depan. “Semoga saja Kyle bisa merubah persepsiku pada orang Amerika.”

He is My Sunshine 1 (cerbung)


Clarise baru saja keluar dari supermarket ketika ponsel di mantelnya bergetar hebat. Cepat-cepat ia merogoh mantel dengan sebelah tangan yang bebas lalu melihat siapa yang menelepon. Matanya sedikit melebar. Axel? Ternyata lelaki itu sudah menelepon sebanyak tiga kali sebelumnya. Clarise tersenyum. Clarise memang suka melihat namanya muncul di layar. Tapi selanjutnya ia menyesal kenapa sedetik yang lalu ia kegirangan melihat namanya. Pasti Axel sedang membutuhkan bantuannya. Entah menyuruh Clarise datang ke rumahnya untuk memasak sesuatu untuknya atau membantu mengerjakan tugas kuliahnya. Please! Memangnya Clarise ini siapa? Pembantunya!

Clarise menghentikan gerutuannya di dalam hati lalu segera mengangkat teleponnya sebelum Axel marah lagi karena tiga panggilan sebelumnya terabaikan.
“Halo… ada apa?” sapa Clarise langsung. Clarise berjalan menuju tempat dimana ia memarkir sepeda anginnya.
“Hei, gadis sepeda angin! Lama sekali kau mengangkat teleponku! Darimana saja…”
Benar, kan? Terlambat mengangkat telepon saja Clarise kena semprot.
“Hey… jangan marah-marah. Katakan apa keperluanmu meneleponku! Hidupku terlalu pendek hanya untuk mendengarmu mengoceh.”
“Aku butuh bantuanmu.” Nada suaranya merendah.
Tuh, benar lagi! Lagi-lagi dia membutuhkan bantuanku, gerutu Clarise.
“Apa?” sahutnya cuek.
“Aku butuh bantuanmu untuk… untuk memasangkan bola lampu dapurku yang mati.” Axel berkata agak ragu-ragu.

Clarise membelalak terkaget-kaget. “Hei, aku ini wanita! Apa kau tidak malu meminta bantuan pada seorang wanita hanya untuk memasang bola lampu!”
“Iya, iya… aku tahu. Ini memang hal memalukan seumur hidupku. Karena itu aku menghubungimu. Paling tidak, hanya kau yang paling dekat denganku dan mampu menyimpan rahasia memalukan ini. Kau tahu kan, aku anak rantauan, jauh dari orang tua, menimba ilmu disini. Dan kau tahu aku baru saja kehilangan Mike yang baru saja pindah apartemen kemarin malam. Biasanya hal yang bersifat teknis, Mike yang selalu lakukan. Termasuk memasang bola lampu dan memperbaiki alat elektronik lainnya yang rusak. Ya, aku tidak heran karena dia seorang mahasiswa elektro. Lantas aku, aku hanya seorang mahasiswa kedokteran yang hanya tahu anatomi tubuh. Bukan anatomi lampu. Jadi, aku mohon, bantulah aku. Demi Tuhan. Aku janji akan mengajakmu makan eskrim atau membelikan apapun yang kau mau. Lagipula kau kan mahasiswi teknik. Jadi bisa dipastikan kau bisa melakukannya…”

Clarise cepat-cepat menambahkan “Ralat! Aku mahasiswi teknik sipil. Yang tentu saja nggak ada hubungannya dengan mata kuliah “kelampuan”!” Clarise mendengus panjang dan menyadari ia telah sampai di tempat sepeda anginnya terparkir.
“Oke, aku tahu sayang… yang penting aku yakin kau bisa melakukannya. Jadi, aku tunggu kehadiranmu di apartemenku sebelum hari gelap. Kau setuju, kan, manis? Aku bisa menumpang tidur di tetangga kalau kau datang saat hari gelap.”

Clarise mendengus lagi. Kenapa ia gemar sekali mengatakan hal-hal yang manis sampai Clarise mendapati hatinya luluh, lemah tak berdaya. Dasar lelaki! Hebat sekali dia mengambil hatiku.
“Akan kuusahakan! Mungkin aku akan datang pada saat gerhana bulan penuh nanti!” ucap Clarise asal lalu menutup telepon tak peduli kemungkinan Axel akan mengomel lagi karena ia menutup teleponnya secara sepihak. “Bullshit.” omelnya pada ponsel sebelum ia masukkan lagi ke dalam mantel. Setelah itu ia letakkan seluruh belanjaannya di keranjang sepeda lalu mengayuh sepeda itu pulang.

Clarise memang menyadari kenyataan bahwa Axel hanya akan menghubunginya disaat Axel membutuhkannya saja. Saat weekend, dimana Clarise  membutuhkannya untuk sekedar menemani jalan-jalan sekaligus menghilangkan rasa bosan, Axel tak akan pernah ada bersama Clarise. Ia sibuk menghabiskan waktu dengan wanita-wanita cantik di dekatnya. Tak heran lagi dengan kelakuan ajaibnya yang selalu gonta-ganti pacar, mengingat wajah campuran Eropa Turki-nya yang sangat menawan dan mampu melelehkan siapapun yang melihatnya. Apalagi sikapnya yang ramah dan manis pada siapapun, makin membuatnya bernilai plus-plus. Wanita mana yang tidak jatuh cinta padanya. Begitu juga dengan Clarise.

Yeah… Clarise juga salah satu wanita yang mengagumi Axel. Clarise tidak tahu kenapa ia begitu bodohnya bisa jatuh cinta pada lelaki playboy macam Axel. Itu salah satu kebodohan terbesar dalam hidupnya. Clarise telah jatuh cinta padanya sejak SMA. Dan itu berarti ia sudah mencintai Axel selama hampir empat tahun. Ini memang gila. Sangat gila sekali.
Clarise sudah lama mengenal Axel. Semenjak kematian kedua orangtuanya, Axel diasuh oleh orangtua angkatnya. Rumah Axel berhadapan dengan rumah Clarise. Itu sebabnya mereka menjadi tetangga sekaligus sahabat dekat. Dan ketika Axel lulus dari SMA, orangtua angkatnya pindah keluar kota sehingga Axel mau tidak mau menjalani hidupnya sendiri. Ia masih menetap di kota ini dan tinggal di sebuah apartemen tak jauh dari rumah Clarise bersama seorang temannya. Tapi karena suatu hal yang terjadi, Mike, teman apartemen Axel memutuskan pindah ke apartemen lain. Clarise masih tidak tahu alasan kepindahan Mike. Mungkin ia akan menanyakannya pada Axel nanti.


***


“Kau tinggal putar bola lampunya. Seperti ini.” Clarise memutar bola lampu dengan berpijak pada kursi dapur yang tinggi lalu menggantinya dengan yang bola lampu baru. Axel kebagian memegangi kaki Clarise agar dapat menangkapnya sewaktu-waktu jika Clarise terjatuh. Clarise menunduk menatapnya di bawah. “Apanya yang susah?”
Axel tersenyum malu lalu membimbing Clarise untuk turun. “Oke, sekarang aku sudah paham bagaimana cara memasang bola lampu yang baik.”
Clarise mendengus. “Kau memang payah.”

“Ya, aku memang payah. Tapi aku tidak akan payah dalam hal memperebutkan hatimu.” Axel menatap Clarise tulus sambil memiringkan kepalanya.
Clarise tersenyum mengejek meskipun dalam hati ia gembira bukan main. Ah, lagi-lagi kata-kata manis itu.

Namun imajinasinya pecah saat terdengar pintu yang diketuk dari luar. Axel mengalihkan pandang ke arah pintu. “Aku yakin aku tidak ada janji dengan siapapun. Tapi... sebentar...” ia berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Saat itu juga Clarise tahu kalau tamunya kali ini adalah seorang wanita. Karena dari tempatnya berdiri ia bisa mendengar sayup-sayup suara wanita yang menyapa Axel dengan mesra. Siapa lagi?  

Clarise hanya bisa menduga-duga, pasti dia pacar baru Axel. Setiap minggu ada saja wanita baru di hidupnya.
Terdengar suara Axel yang ringan dan ceria mempersilakan tamunya masuk. Clarise bersedekap dan masih menunggu di dapur tempatnya berdiri, menunggu kedatangan Axel dan tamunya.
“Apartemenmu memang selalu sepi begini?” tanya wanita itu. Suaranya makin mendekat dan terdengar jelas.
“Iya. Aku baru saja kehilangan teman apartemenku. Oya, hanya sahabatku yang biasanya datang kesini. Dia ada di dapur. Akan kukenalkan kau padanya.”

Clarise melihat Axel dan teman wanitanya muncul. Dan seketika saja ia terkesiap. Ia kira teman wanita Axel itu adalah orang Perancis. Karena bahasa Perancisnya begitu bagus didengar. Ternyata, begitu melihat wajahnya, Clarise baru tahu kalau dia orang Asia. Tubuhnya tinggi semampai, kurus kering, matanya kecil, dan ia mewarnai rambutnya dengan warna kuning menyala. Astaga, darimana Axel mendapatkan boneka aneh ini?
“Ini Clarise. Sahabat terbaikku.” Axel memperkenalkan boneka aneh itu. “Clare, ini Hana. Teman sekelasku. Dia orang Korea yang meneruskan kuliah disini. Meskipun begitu, bahasa Prancisnya sangat bagus, bukan?”
Clarise mengulurkan tangan dan kemudian disambut olehnya. “Ah, jangan memuji.” Ucapnya malu-malu.

“Kau ingin makan apa?” Axel menuju kulkas lalu membukanya. “Aku tidak punya makanan selain sereal.”
“Oh, sebenarnya… aku ingin mengajakmu dinner malam ini.” Hana terdengar ragu-ragu mengucapkannya.
Axel mendongak menatap Hana dengan tatapan mata berbinar. “Oya… kalau begitu ayo. Kau ingin makan dimana?”
Setelah mendengar persetujuan dari Axel, Clarise buru-buru membereskan barangnya sebelum Hana mengira ia akan jadi benalu dalam acara dinner mereka.

“Lho, Claire… kau mau kemana?” Axel heran melihat Clarise memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
“Aku harus pulang. Aku lupa bahwa aku ada janji dengan kawan-kawanku.” Ucapnya lalu beralih menatap Axel.
“Begitu?” kedengarannya Axel tidak percaya dengan alasan Clarise.
“Yap. Aku pergi dulu. Sampai jumpa, Axe. Hana, senang berkenalan denganmu, sampai jumpa.” Clarise pamit lalu buru-buru keluar dari apartemen laknat itu untuk segera menghirup udara bebas. Setelah pintu tertutup, barulah ia meluapkan emosinya. Ia menghentak-hentakkan kedua kakinya sambil mengomel tidak jelas. “Bajingan, brengsek! Bagaimana bisa aku menjadi kambing congek di tengah kemesraan mereka! Lalu aku ini kau anggap apa, Axe! Obat nyamuk bakarmu! Atau kecoa tempur di kamar mandimu! Benar-benar keter…” Clarise melihat dua pasangan suami istri berjalan melewatinya dan terheran-heran melihat ia mengomel sendiri. Seketika umpatannya berhenti. Clarise tersenyum malu lalu mengucapkan “Bonsoir.” Kepada orang yang tak dikenal itu. Mereka hanya mengangguk lalu kasak-kusuk. Huh, benar-benar memalukan!


***


Clarise baru saja keluar dari mata kuliah ekonomi kerakyatan dan langsung bergegas menuju kantin kampus. Tak lupa mengajak Tere, gadis Mesir yang juga teman sekelasnya.
Clarise memesan segelas limun dan sandwich, sedang Tere memesan muffin berukuran besar.
“Kau jadi ikut pesta haloween nanti malam, kan?” tanya Tere begitu mereka menemukan meja yang paling nyaman.
Clarise berpikir sebentar untuk mengingat lalu seketika ia ingat. “Aku tidak punya kostum. Lagipula aku sibuk belajar nanti malam.”
Tere melotot. “Belajar apanya? Aku sungguh-sungguh tahu apa pekerjaan rumahmu sebenarnya. Paling hanya nonton DVD atau memikirkan Axel saja!”
Kini gantian Clarise yang melotot karena Tere memproklamirkan nama Axel keras sekali. Ia takut kalau seisi kantin ini mendengar bahwa ia diam-diam mengagumi sahabatnya sendiri.
“Aku punya kostum Snow White. Kau bisa meminjamnya. Gratis! Tanpa membayar.” Ujar Tere menggebu-nggebu.

Clarise mendengus lalu menggigit sandwichnya.
“Ayolah, Clarise. Kau harus ikut. Kalau kau tidak ikut, aku akan kesana dengan siapa? Lagipula kau bisa mencari pacar disana. Tidak melulu memikirkan Axel!” Tere mengetok kepala Clarise dengan sendok. “Apa kepalamu itu hanya berisi Axel dan Axel?”
Clarise mengusap kepalanya yang terkena ketokan sendok Tere. “Kau jangan meledekku. Memangnya salah kalau aku menyukai Axel?”
“Ya tentu saja. Kau tahu, Axel itu laki-laki menyebalkan yang pernah kutemui. Dia memang tampan, tapi sikapnya yang playboy itu yang membuatku tidak suka. Lihat saja tatapan matanya pada perempuan. Liar sekali!”
“Benarkah begitu?” Clarise garuk-garuk kepala yang tidak gatal karena ia sama sekali tak tahu kenyataan soal mata liar Axel. Ia pikir itu sepasang mata yang teduh dan manis.
“Iya. Jadi, kuharap kau bisa datang ke pesta Haloween itu, ya! oke?”
Mau tak mau Clarise menganggukkan kepala sebelum Tere memaksanya lagi.
“Aku jemput jam 8 malam.” Ucap Tere lalu memasukkan muffin-nya ke dalam mulut.


***



Clarise turun dari SUV Tere lalu mengamati sekitar. Pesta ini diadakan di sebuah rumah salah seorang mahasiswa fakultas teknik yang tidak ia kenal dekat. Clarise hanya tahu namanya Gabrielle. Ia kakak kelas Clarise. Gabrielle suka sekali menggelar pesta di rumahnya. Karena itu ia tidak keberatan ketika para teman-temannya mengganggu ketentraman rumahnya dengan acara ini. Selain itu, ia hanya mengundang mahasiswa dari fakultas teknik saja. Pestanya memang tertutup, tapi sangat meriah. Banyak mahasiswa teknik yang datang ke acara itu.

Clarise mengenal sebagian dari mereka meskipun tidak mengenalnya secara dekat. Sekilas ia melihat Mike, mantan teman apartemen Axel. Lelaki itu hanya tersenyum sekilas pada Clarise lalu kembali bergabung bersama teman-temannya. Clarise jadi ingat kalau ia belum menanyakan pada Axel alasan kepindahan Mike.
Tere menarik Clarise masuk agar gadis itu tidak berlama-lama melongo mengamati orang-orang berlalu lalang di teras.

Rumah Gabrielle memang luas dan besar. Sehingga untuk menampung mahasiswa se-fakultas teknik pun masih mencukupi. Para undangan yang datang sudah menikmati acara pestanya. Ada yang berdansa atau sekedar duduk mengobrol. Begitu melihat Gabrielle yang tampak berdiri di ujung tangga dengan kawan-kawannya, Tere langsung mengajak Clarise untuk menghampirinya.

“Hai…” Tere memasang tampang semanis mungkin. Clarise langsung melengos. Gadis yang sedang mengenakan kostum nenek sihir itu memang sudah Clarise curigai sejak lama kalau ia sedang naksir berat dengan Gabrielle. Sementara Gabrielle, Clarise memberinya nilai Sembilan. Ia cukup tampan dengan kostum Superman-nya.
Sementara Tere dan Gabrielle mengobrol, Clarise beringsut menuju meja hidangan mengambil segelas Pepsi dan sepotong pizza. Ia heran, kenapa ia selalu ditakdirkan menjadi obat nyamuk oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak dengan Axel maupun Tere. Semua sama saja. Huh, lebih baik sendiri seperti ini daripada menjadi orang ketiga.

Tapi tiba-tiba saat Clarise sedang menggigit pizza, munculah, seorang… hmm… Clarise tidak tahu siapa. Yang jelas, dia seorang lelaki yang berpakaian Colonel of the Irish Guards berwarna biru tua layaknya seorang pangeran. Clarise menelan ludah. Lelaki itu sedang berjalan ke arah Clarise. Ia jadi bertanya-tanya siapa ya laki-laki itu? Clarise tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena ia sedang mengenakan topeng yang menutupi mata dan sebagian hidungnya. Apakah mungkin dia juga mahasiswa fakultas teknik? Tapi kenapa sepertinya Clarise tidak familiar dengan perawakannya?

Dan di tengah kegalauan pikirannya memikirkan identitas laki-laki itu, Clarise melongo saat lelaki itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Clarise.
“Hei, nice costums, Snow White…” pujinya.
Clarise memaksakan tersenyum karena masih terkejut dengan serangan mendadaknya. “You too.”
Lelaki itu mengambil gelas lalu mengisinya dengan cocktail. Ia meneguknya lalu berbicara kembali. “Siapa namamu?”
Clarise ikut meneguk Pepsi hingga habis. “Aku Clarise. Kau?”
“Aku Kyle. Sepertinya ini awal pertemuan kita.”
“Kau juga mahasiswa teknik?” Tanya Clarise penasaran.
“Ya. Aku baru saja pindah dari kampus lamaku, di Cincinnati. Karena itu aku sedikit merasa asing disini.” Kyle menatap sekitar.
Clarise melongo lalu memperbaiki letak bandananya. “Maksudmu, Universitas Cincinnati?”

Kyle mengangguk. Clarise bisa melihat bibirnya yang tidak tertutupi topeng tersenyum. Diam-diam Clarise mengatakan “Wow.” dalam hati.
“Pantas saja. Sepertinya aku merasa asing denganmu.”
Kyle lagi-lagi tersenyum lalu mengajak Clarise untuk duduk di atas sofa. Ia mengikutinya.
“Kau sepertinya bukan orang Perancis. Benar, kan?” Kyle menatap Clarise dan sedikit mengamati wajahnya.
Clarise melebarkan mata. Lalu seketika ia bisa menerka, mungkin saja Kyle menduga dari wajahnya yang sama sekali tidak ada unsur Eropa. “Benar.” Clarise terseyum lebar. “Tepat sekali. Kedua orangtuaku memang orang Indonesia.”

“Indo…nesia?”
“Yah, jangan bilang kau tidak tahu dimana letak Indonesia!” Clarise mulai keki dengan orang macam begini. Sejak kepindahannya ke Perancis lima tahun silam, ia sudah berkali-kali menemui orang-orang yang tidak mengetahui letak Indonesia. Bagaimana bisa penduduk di dunia ini tidak mengenal Negara sebesar itu? Termasuk Axel. Saat pertama kali mereka bertemu dan Clarise menyebutkan bahwa ia berasal dari Indonesia, Axel hanya melongo blo’on. Tapi Clarise masih bisa memaklumi karena saat itu Axel masih berumur 15 tahun. Bisa dipastikan pengetahuan umumnya masih minim. Tapi, setidaknya saat ia melihat peta, dia bisa langsung menangkap gambar kepulauan Indonesia. Tunggu saja, kalau Kyle sampai tidak tahu Indonesia itu apa, siap-siap ia keluarkan jurus cakar ayamnya.

“Tentu saja aku tahu Indonesia. Sebuah negara kepulauan, yang diapit dua samudra besar dan dua benua besar.” Kyle tersenyum puas dengan jawabannya. Giliran Clarise yang melongo. Ia kira dia tidak tahu menahu soal Indonesia.
“Yah, walaupun aku tak pernah berkunjung kesana, tapi setidaknya aku tahu.” Tambah Kyle lagi.
Clarise kembali terkagum-kagum dengan lelaki satu ini.
“Lalu apa yang membuatmu menetap di Perancis? Maksudku, apa kau sudah bosan tinggal di tanah airmu sendiri?”
Clarise cepat-cepat menggeleng. “Bukan. Ibuku seorang peracang busana. Beliau ingin mengembangkan usaha butiknya disini. Sejak ayahku meninggal, ibuku memutuskan untuk memboyong anak-anaknya untuk menetap di Perancis. Ibuku yakin kalau rancangan batiknya akan sukses disini.”

“Pardon me, maksudmu, batik?”
Ah, Clarise membodohi dirinya. Bagaimana mungkin Kyle mengetahui soal batik. “Batik itu pakaian adat Indonesia. Setelah lima tahun kami berada disini, rancangan batik ibuku mulai diminati. Butiknya pun ramai oleh pelanggan. Aku senang karena cita-cita ibu dalam memperkenalkan batik ke dunia internasional mendapat respon yang baik.”
Kyle tersenyum kecil sambil tampak berpikir.
“Ah, maaf, aku kebanyakan bicara, yah.” Clarise tersenyum malu.
“Tidak apa. Aku suka mendengar orang bercerita.”

Clarise menyipit. “Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?”
Alis Kyle terangkat. “Ya. Asal kau tidak menyuruhku menari striptis.”
Spontan Clarise tertawa kencang. “Tidak. Aku tidak akan setega itu. Bisakah kau membuka topengmu itu untukku?” Clarise meminta sambil menunjuk topengnya. Ia benar-benar penasaran dengan Kyle. Maksudnya, tak adil rasanya kalau ia sudah melihat wajah Clarise sedang Clarise sama sekali tidak bisa melihat wajahnya. Clarise pikir dia seorang lelaki yang manis.

Clarise melihat Kyle tertawa. “Aku sudah berjanji pada diriku sendiri kalau aku baru akan membuka topengku pukul 12 nanti.”
Clarise melongo. “Tapi… aku harus pulang pukul setengah 12. Ibuku sudah mengancamku untuk tidak memberiku uang jajan kalau aku baru pulang pukul 12 lewat!” ujarnya menggebu-nggebu.
Kyle tampak berpikir-pikir. “Berarti, sayang sekali… kau tidak akan bisa melihat wajahku.”
Clarise mendengus keras. “Apa wajahmu baru berubah tampan kalau jam sudah menunjukkan pukul 12 tepat!” Clarise hampir saja menarik topengnya tapi Kyle buru-buru menangkap tangan Clarise, mencegahnya untuk meraih topengnya.  

“Kau harus mengikuti prosedur.”
Clarise sedikit kesal dengannya. Tapi bagaimanapun toh akhirnya ia yang mengalah.
“Ehem, snow white…” Clarise terkejut mendengar suara itu dan buru-buru mendongak. Teryata Tere. Ia berdiri di samping sofa sambil bersedekap. Kostumnya makin membuatnya seperti nenek sihir. Clarise buru-buru berdiri dan baru menyadari kalau tangannya masih berada dalam genggaman Kyle. Ketika ia berdiri, spontan genggamannya terlepas.
“Hay… kau sudah selesai?”
Tere tampak memberi kode agar Clarise memberitahunya siapa sebenarnya cowok asing ini? Dan kenapa bisa mereka bersama?
Clarise garuk-garuk. “Ehh, ini… Kyle. Hey, Kyle, ini Tere. Teman sekelasku.”
Kyle menjabatnya ramah. “Sebenarnya aku seniormu. Karena itu jangan lupa untuk menyapaku kalau kita bertemu nanti.” Ucap Kyle sambil tersenyum ramah.
Tere melongo lalu mata besarnya menyipit. “Benarkah? Tapi kenapa rasanya aku baru mengenal dan mendengar namamu. Maksudku, aku sungguh-sungguh mengenal seluruh mahasiswa teknik.”

“Dia mahasiswa pindahan dari Cincinati.” Jawab Clarise buru-buru. “Karena itu kita merasa asing dengannya.”
“Ooh…” gumam Tere tapi kemudian ia tersenyum penuh arti. “Tapi kurasa kau menemukan teman dansa yang tepat.”
Clarise tidak memahami maksud Tere. Tapi akhirnya ia mengerti. Selang beberapa detik kemudian lampu ruangan meredup lalu terdengar alunan musik lembut yang mendayu-dayu. Semua orang yang berpasang-pasangan mulai berdansa. Clarise masih melongo di tempatnya berdiri sebelum suara rendah membangunkan lamunannya.
“Maukah kau berdansa denganku?”
Clarise mengerjab-ngerjabkan matanya tapi kemudian otaknya mulai bekerja lalu membiarkan Kyle membimbing tangannya. Lelaki itu mengajaknya berdansa. Beberapa saat tubuh Clarise tampak kaku. Tapi setelah bisa menguasai keadaan, Clarise mulai bisa menikmatinya.
“Clarise, bisakah kau sedikit menggeser kakimu ke kanan. Kau menginjak kakiku dengan high heels-mu.”
Clarise terkejut dan cepat-cepat melirik ke bawah lalu menggeser kakinya. “Maaf…” ia mendongak menatap Kyle yang sepuluh senti lebih tinggi darinya dengan tampang bersalah. “Kau pasti kesakitan.”
Kyle meringis. “Sedikit.”
Clarise menatap Kyle makin bersalah tapi yang ditatap malah tertawa lebar. “Tidak. Aku lelaki yang kuat, kau tahu. Tentu saja aku bisa menahan kesakitan itu.”
Clarise tiba-tiba merasa telah dibodohi. Ia pura-pura kesal sambil menepuk bahu Kyle. “Awas kau.”

Kyle makin tertawa kencang lalu sedikit berbisik dan melontarkan lelucon lagi hingga membuat Clarise lagi-lagi terkesan dengan laki-laki itu. Clarise tak henti-hentinya tertawa sampai-sampai ia melupakan bahwa jam sudah hampir menunjukkan pukul dua belas.
“Oh, my God.” Clarise mendesis begitu melirik jam yang melingkar di tangannya. “Aku harus pulang sekarang sebelum ibuku memanggangku dan menjadikan aku BBQ!!” Clarise buru-buru mengambil tas dan sweaternya yang tersampir di sandaran sofa. Ia hampir saja tersandung sesuatu karena keadaan ruangan yang remang-remang. Tapi untunglah tangan Kyle cepat-cepat menahannya. “Hei, calm down, please. Tenanglah… ini baru pukul 23.45.”

“Ya… tapi tetap saja. Aku harus sampai di rumah hanya dalam waktu lima belas menit.” Wajah Clarise sudah menyiratkan kekhawatiran. Ia memandang ke segala arah. Mencari Tere. Dan ia dengan segera menemukan Tere di pojok ruangan, berdansa gila-gilaan dengan teman-teman perempuannya. “Oh, damn.” Clarise mendesis lagi. Ia tidak bisa memastikan kondisi Tere apa ia sedang mabuk atau tidak. Kyle yang mengikuti arah pandang Clarise langsung paham. Ia beralih menatap Clarise dengan tatapan meyakinkan. “Oke. Biar aku saja yang mengantarmu pulang.”

Clarise membelalak. “Jangan, jangan! Aku bisa menyegat taksi, atau menunggu Tere kalau perlu.” Satu peraturan lagi yang di buat ibunya, Clarise sama sekali tidak diperkenankan pergi atau pulang bersama seorang lelaki setelah lewat jam sepuluh. Clarise benar-benar frustasi memikirkan itu.

“Tidak masalah. Tenanglah. Aku akan bertanggung jawab atasmu. Oke?”
“Tidak! tapi…” Clarise melirik jamnya lagi lalu terperanjat. “Oke, oke! Aku akan pulang bersamamu. Ayo!”
Clarise dan Kyle buru-buru keluar dari pesta lalu menuju tempat dimana mobil Kyle terparkir. Yang ada di pikiran Clarise saat itu adalah bagaimana caranya ia sampai di rumah lebih cepat! Tepat lima belas menit atau kalau bisa kurang dari itu. Clarise menggigit bibirnya, mengeluarkan ponsel dari tas lalu mengirim pesan pada Tere.

To : Tere
Aku pulang lebih awal. Maaf kalau aku tak memberitahumu dulu. Thx. Salam buat Gabrielle. Really nice party.

        Setelah menekan tombol send, Clarise melenguh keras. Ia baru menyadari bahwa lelaki yang berada di sampingnya sedang berkonsentrasi menyetir dengan kecepatan tinggi. Clarise sedikit melirik kearah spidometer. Ya Tuhan, 160km/jam. Clarise hanya bisa berdoa dalam hati semoga tak ada polisi yang berkeliaran sehingga Kyle tak perlu ditilang karena mengebut dengan kecepatan seperti ini.

Clarise sedikit memberi instruksi dimana letak rumahnya dan ia boleh sedikit bernapas lega. Rumahnya tak jauh lagi dari daerah ini.
Beberapa saat kemudian Kyle menghentikan mobilnya di depan rumah Clarise. Kyle sedikit mendongak melihat rumah besar yang dipenuhi kaca itu.

“What a lovely house.”
“Thanks.” Clarise membuka sabuk pengamannya lalu sedikit menemukan kesulitan disana.
“Sabuk pengamanku memang sedikit ada masalah.” Kyle membantu Clarise melepas sabuk pengamannya, dan baru Clarise sadari kalau selama Kyle menyetir dengan kecepatan tinggi tadi, lelaki itu masih mengenakan topeng. Ya Tuhan. Dia itu masih waras tidak sih?
Clarise baru akan mengomeli Kyle karena tingkah bodohnya namun segera menyadari ia harus masuk rumah sebelum besok pagi ia tidak bisa melihat indahnya dunia karena ibunya sudah menjadikan ia sambal terong.

“Oke, terimakasih atas tumpangannya. Selamat malam…” Clarise baru akan membuka pintu mobil namun gerakannya tertahan oleh panggilan Kyle.
“Kau… apa aku tidak perlu mengantarkanmu sampai depan pintu rumahmu?”
Clarise tersenyum lalu menggeleng. “Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu. Kita baru pertama kali berkenalan tapi aku sudah mengganggu hidupmu seperti ini. Sekali lagi terimakasih.” Clarise mengangguk maklum lalu melebarkan pintu mobilnya. Ia melambai ke arah kaca mobil ketika ia sudah berada di luar.

“Sampai jumpa!” teriaknya, lalu berbalik dan masuk ke rumahnya.
Kyle tersenyum. Beberapa saat ia menunggu gadis itu hingga ia benar-benar masuk ke dalam rumah. Setelah itu, barulah ia membuka topengnya lalu melemparkannya sembarangan ke jok belakang. Ia tersenyum lagi, memandang sekilas ke arah rumah Clarise lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Rabu, 22 Agustus 2012

Kisah Tukang Kayu

Ini kisah berawal dari kiriman email dari neng Anne Ahira yang demen banget ngirim kisah motivasi yang sukses buat ane , eheem , rada terbuka mata hatinya..
nah , mau liat kisahnya ini diaa..

Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya. Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang
handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si tukang kayu
menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati. Sang mandor hanya tersenyum dan
berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada." Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri
karirnya. Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang
mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!"
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Inilah refleksi hidup kita!

Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.
Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalah hasil dari keputusanmu saat ini.



Nah, Hidup memang begitu ya kadang-kadang bro, sis. Kita nggak tau apa yang akan terjadi nanti. Kita cuma bisa melakukan yang terbaik sambil tetap berdoa. Entah Tuhan mengirim kita kemana dan jadi apa. Tapi kadang ane juga sadar, apa yang sebenernya kita inginkan, belom tentu Tuhan inginkan juga. Kayak gini, kamu pengen kuliah di universitas di Amerika. Sepinter apapun kamu, dan sekaya apapun ente punya uang, tapi kalo Allah nggak ngijinin, ya nggak bakal terlaksana.. iye nggak ?
Ada lagi, permasalahan remaja yang demen banget make narkoba, atau dalam masalah lain ada yang demen sex bebas, bolos sekolah, males belajar, dll... nah, kalo udah gitu, gimana ente bisa maju coba. Semua hal-hal buruk dan kelam itu pasti berakibat di masa depan nanti. Dan ujung-ujungnya di hari tua nanti kita nyesel. Kenapa gue pas muda dulu kaga ngelakuin itu, ini, kaga ngelakuin begini begitu... kalo udah tua gitu mah telat!


Padahal musuh ente yang lain, udah pada jauh di depan sono. Padahal waktu kaga mungkin nunggu elo, elo yang harus ngejar waktu dan ngejar semua ketertinggalan lo.
Hidup di dunia ini tinggal milih, mau jadi orang baik apa jadi orang jahat. Mau jadi orang sukses atau susah. Nah, think again para bro dan sis yang masih pada nggak memperbaiki sikap untuk masa depan. Padahal sikap kita hari ini juga mempengaruhi masa depan lho.






Sabtu, 18 Agustus 2012

Lagu Bruno Mars Men-Tuhan-kan Wanita

Biografi Bruno Mars 

Nama Lengkap: Peter Gene Hernandez
Nama Populer: Bruno Mars
Tanggal Lahir: 8 Oktober 1985
Tempat Lahir: Honolulu, Hawaii
Pekerjaan: Penyanyi, penulis lagu, produser rekaman
Genre: Pop, alternative hip-hop, soul, R&B
Instrumen: Vocal, drum, gitar, keyboard, bass
Label : Atlantic Records, Elektra Records
Situs web: Brunomars.com
Nasionality : American


Cowok kelahiran Hawaii 27 tahun silam ini lagu-lagunya emang asyik banget didengerin. Kayak Just the Way You are , The Lazy Song, Runaway Baby, Talking to The Moon, It Will Rain, Nothing on You, Today my Life Begin, Count on Me, Long Distance, Marry You, Grenade dan Rest. Kalo menurut kuping ane sih asik-asik banget tu lagu. Nadanya bagus, gampang diinget, ditambah suaranya Mas Bruno ini lho yang serak-serak jembrot, makin mendukung lagu ini makin asoyy kalo didenger .. tapi seperfect-perfectnya lagu pasti deh ada cacatnya. Mengingat lagu-lagu Mas Bruno ini penuh dengan kontroversi.
Mau tahu kontroversinya seperti apa...

Tahu banget kan lagu It Will Rain yang bahkan dijadiin Soundtrack Breaking Dawn Part I??
nah, dalam tu lirik lagi ada kalimat seperti ini ...

"There’s no religion that could save me
No matter how long my knees are on the floor"

Artinya : tidak ada agama yang menyelamatkanku, tidak peduli berapa lama lututku di lantai..

Nah lho, bukannya tu udah menghina AGAMA ISLAM banget tuh.  *elus-elus dada
Kan nggak baik bilang begitu disaat banyak juga muslim yang ada di Amerika?? Memang bener sih nggak bener-bener nyebut nama ISLAM disitu, tapi plis deh, semua orang kan tau sembayangnya umat islam itu ada gerakan sujud. Apa itu yang dimaksud?? Wallahualam.

Trus lagi nih, "If you ever leave me, baby, Leave some morphine at my door"

Kan bahaya banget, masa sih cuma gara-gara ditinggal cewek sampe-sampe harus berkutat dengan barang haram itu. Plis deeh... nggak banget.

Masih dalam lagu It Will Rain , ada pula lirik yang begini

Cause there’ll be no more sunlight
if I lose you, baby
There’ll be no clear skies
if I lose you, baby
Just like the clouds,
My eyes will do the same if you walk away
Everyday, it will rain

Nah , ni lirik bahaya banget nih! masa gara-gara ditinggal cewek ampe dunianya mendung, nggak matahari, ujan mulu... emang cewek lo Tuhan lo. yang ngasih rejeki lo? Dunia nggak akan kiamat nek kalo pacar lu minggat .. biarin aja napa sih!

Emang sih lagunya Kang Bruno ini hebat banget dalam NADA. DALAM NADA ya, inget. Bukan DALAM HAL LIRIK. Karena menurut ane, lirik-lirik lagu Mas Bruno ini sangat bernuansa "MEN-TUHAN-KAN" wanita. Apaan sih mentuhankan? Ya begitu deh. Terlalu memuja wanita selayaknya Tuhan, sampai ketika wanita itu meninggalkannya, ia bakal merasa sangat frustasi. Sekali lagi. nggak banget dehh!!!

Ada lagi lagu yang MenTuhankan wanita, seperti dalam sepenggal lagu Talking to The Moon, berikut ini :

I know you're somewhere out there
Somewhere far away
I want you back
I want you back
My neighbors think
I'm crazy
But they don't understand
You're all I have
You're all I have



Emang sih, dalam lagu ini Mas Bruno kayaknya percaya kalo setelah kematian ada dunia lain lagi yang lebih abadi.. Dia percaya kalo pacarnya yang mati adadi tempat yang jauh disana. Saking sedihnya karena pacarnya mati, dia sampe disangka tetangganya kalo dia udah gila. abisnya ngobrol sendiri ama bulan apa nggak udah kelewat gila tuh! Edan banget kan. Yang dia punya cuma pacarnya? Nggak mungkin. Dia pasti masih punya rumah, uang, pakaian, baju, makanan... huahaha, itu cuma lirik lebay yang menggambarkan betapa susahnya ditinggal mati kekasih. Tapi nggak perlu sampe sedih gitu dong... Kalo anak labil yang dengerin lagu ini kan bisa gawat!

Bukankah kita cepet ato lambat pasti akan menyusul pacar kita yang mati itu! Pasti dong! Makanya, daripada sedih dan nangis mikirin pacar, mending nangis mikirin dosa yuk! 

nah, sebenernya saya juga demen sama lagu Grenade-nya Bruno Mars . tapi setelah diresapi secara mendalam dan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya *lho lho
ternyata , lirik lagunya berisi makna seperti ini




I'd catch a grenade for ya (yeah, yeah, yeah)
(Aku menangkap granat untukmu)
Throw my hand on the blade for ya (yeah, yeah, yeah)
(Melempar tanganku ke arah mata pisau untukmu)
I'd jump in front of a train for ya (yeah, yeah, yeah)
(Aku melompat di depan kereta api untukmu)
You know I'd do anything for ya (yeah, yeah, yeah)
(Kau tau aku akan melakukan semuanya untukmu)
Oh ho,
I would go through all this pain
(Aku akan melewati semua luka ini)
Take a bullet straight through my brain
(Menembakkan peluru tepat di otakku)
Yes, I would die for you, baby
(Ya, aku akan mati untukmu, sayang)
But you won't do the same
(tapi kau tak pernah melakukan hal yang sama)


ouh, ouh yeaaah ... memang mendalam dan patah hati banget sih lagunya . tapi masa iya sih ada orang yang segitu begonya nangkep granat , lompat di atas kereta api, dan mati demi seorang cewek ?? aduh , kayaknya emang ni lagu ngajarin nggak bener .. tapi swear lagunya manisss abiss .. emang dakwah melalui lagu begini emang sukses !! meskipun lagunya manis dan mampu mempengaruhi kuping kita buat menikmatinya, tapi jangan ampe mempengaruhi otak kita buat melakukan itu , kan..


 Trus ada lagi nih , lagu yang juga men-Tuhankan wanita ..
penasaran ??

ini diaaa...

Oh you know you know you know
Id never ask you to change
If perfect’s what your searching for
then just stay the same
So don’t even bother asking if you look ok
You know I’ll say
When I see your face
Theres not a thing that I would change
Cuz ur amazing
Just the way you are



wadooo , cewek mana si yang nggak klepek-klepek denger cowok nyanyi begitu? apalagi yang nyanyi si Mas Bruno .. waduh , nggak bakal kuat berdiri deh eike !

Nah, nge-gombal sih boleh-boleh aja , asal nggak lupa yang pertama muji kecantikan Sang Maha Pencipta dulu.. setelah itu baru deh gombalin cewe sepuas lo .. ckikikik

emang sih ane emang Hooligans yang sebagian besar demeeeen banget ama lagu-lagu Bruno Mars , nah karena ane demen banget sama lagunya, jadi ane tau nih , ajaran Mas Bruno ada yang melenceng . Nggak cuma masalah Men-Tuhankan wanita aja, tapi ada juga lagu The Lazy Song yang ngajarin orang buat males-malesan ! Nggak percaya ? coba pantengin liriknya , atau kalo masih nggak jelas bisa minta bantuan bang Google Translate ...

So, pelajaran kita kali ini ... boleh lah maniak terhadap sesuatu , tapi pelajari dulu, apa sesuatu itu baik untuk kita apa nggak .. jangan sampe kita jadi budak kejamnya dunia akhir jaman yang makin nggak keruan ini ,


Keep Spirit , keep praying and let's think smart !!








Talking to The Moon (Terjemahan)

Para Hooligans pasti demen banget dengerin lagu galau ini kan? so, i'll try to translate this song to Bahasa Indonesia. Enjoy it..








I know you're somewhere out there
(Aku tahu kau sedang berada di tempat yang jauh disana)
Somewhere far away
(Suatu tempat yang jauh)
I want you back
(Aku ingin kau kembali)
I want you back
(Aku ingin kau kembali)

My neighbors think
(Tetanggaku berpikir)
I'm crazy
(Aku gila)
But they don't understand
(Tetapi mereka tidak mengerti)
You're all I have
(Hanya kau yang kupunya)
You're all I have
(Hanya kau yang kupunya)

Chorus:

At night when the stars
(Saat malam ketika bintang)
light up my room
(Menerangi kamarku)
I sit by myself
(Aku duduk sendiri)

Talking to the Moon
(Berbicara pada bulan)
Try to get to You
(Mencoba meraihmu)
In hopes you're on
(Dengan harapan kau)
the other side
(yang berada disana)
Talking to me too
(Berbicara padaku juga)
Or am I a fool
(atau aku yang bodoh)
who sits alone
(yang duduk sendiri)
Talking to the moon
(Berbicara pada bulan)

I'm feeling like I'm famous
(Aku merasa aku terkenal)
The talk of the town
(Berbicara pada seisi kota)
They say
(Mereka berkata)
I've gone mad
(Aku sudah gila)
Yeah I've gone mad
(Ya aku sudah gila)
But they don't know
(Tetapi mereka tidak tahu)
what I know
(Apa yang kutahu)

Cause when the
(Karena ketika)
sun goes down
(matahari terbenam)
someone's talking back
(Orang-orang berbicara dibelakang)
Yeah They're talking back
(Mereka berbicara dibelakang)

Chorus:

At night when the stars
light up my room
I sit by myself
Talking to the Moon
Try to get to You
In hopes you're on
the other side
Talking to me too
Or am I a fool
who sits alone
Talking to the moon

Ahh Ahh,
Ahh Ahh,

Do you ever hear me calling?
(Apa kau mendengar panggilanku?)
Cause every night
(Karena setiap malam)
 I'm talking to the moon
(aku berbicara pada bulan)
Still trying to get to you
(Masih mencoba meraihmu)

In hopes you're on
the other side
Talking to me too
Or am I a fool
who sits alone
Talking to the moon

I know you're somewhere out there
Somewhere far away

Selasa, 29 Mei 2012

Teori Produsen dan Fungsinya

produksi dapat kita lihat dimana saja,Yang dimaksud dengan teori produksi adalah kegiatan yang membuat barang-barang,produksi juga sangat berkaitan dengan nilai guna suatu barang.Di dalam produksi terdapat proses produksi tertentu yang harus dijalani sehingga bias menghasilkan barang yang berguna,secara sederhana prose situ digambarkan dibawah ini :



 

MASUKAN / INPUT --- PROSES --- KELUARAN/OUTPUT


Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal:

  1. Produksi jangka pendek

Dalam membahas teori produksi kita perlu membedakan pengertian jangka panjang dan jangka pendek.Jangka pendek dan jangka panjang tidak terkait dengan lamanya waktu yang digunakan dalam proses produksi.Produksi dalam jangka pendek bararti terdapat satu factor produksi yang bersifat tetap,sedangkan factor produksi yang lainnya bersifat variable(berubah-ubah).produksi dalam jangka panjang berarti semua factor produksi yang digunakan bersifat variable(berubah-ubah).

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:

 Y =  f (X1, X2, X3, ……….., Xn)

Dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:




a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.


Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut :The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang).
“Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan”
Hubungan produk dan faktor produksi yang digambarkan di atas mempunyai lima sifat yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah ( garis OB), di mana produk marginal   semakin besar; produk rata-rata naik tetapi di bawah produk marginal.
2. Pada titik balik (inflection point) B terjadi perubahan dari kenaikan hasil bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum( titik B’); produk rata-rata masih terus naik.
3. Setelah titik B, terdapat kenaikan hasil berkurang (garis BM), di mana produk marginal menurun; produk rata-rata masih naik sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C’ , di mana pada titik ini produk rata-rata sama dengan produk marginal. Setelah titik C’
4. Pada titik M tercapai tingkat produksi maksimum, di mana produk marginal sama dengan nol; produk rata-rata menurun tetapi tetap positif.
5. Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif, di mana produk marginal juga negatif produk rata-rata tetap positif.

Dari sifat-sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan
dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a. produksi total dengan increasing returns,
b. produksi total dengan decreasing returns, dan
c. produksi total yang semakin menurun.

Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula
digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi :
Y = 12X2 – 0,2 X3,
dimana :
Y = produk
X = faktor produksi.


  1. Produksi jangka panjang

Sebagaimana telah dijelaskan,produksi dalam jangka panjang tidak terkait dengan jangka waktu proses produksi,tetapi lebih kepada sifat factor produkdi yang digunkan . Dalam jangka panjang semua factor produksi yang digunakan bersifat variable atau berubah-ubah.untuk mempelajari produksi dalam jangka panjang kiata akan mempelajari kurva isoquant dan jumlah produk optimal.
a.)    Isoquant atau Isoproduk
Kurva isokuant atau isoproduk adalah kurva tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan kombinasi dua factor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.
b.)    Produksi optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di mana Y = jumlah produk;


PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi.

Least cost combination
Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian DX2 oleh DX1 masih menguntungkan.



TEORI PERILAKU KONSUMEN




         Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.


A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN

Pendekatanuntuk mempelajariperilakukonsumen dalammengkonsumsisuatubarang:
1.Pendekatan Kardinal
2.Pendekatan Ordinal

Asumsi: Konsumen bersikap rasionalDengan anggaran yang tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya.

1.) Pendekatan Kardinal

  1. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
  2. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
  3. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
  4. Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
    Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.
              Skedul Utiliti Total

Qx
TUx
MUx
0
0
1
10
10
2
18
8
3
24
6
4
28
4
5
30
2
6
30
0
7
28
-2







 Keseimbangan Konsumen

Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang.Syarat Keseimbangan:
1.MUx/Px = MUy/Py = ….= MUn/Pn
2.Px Qx + Py QY + ……+  Pn Qn = M

MU  = marginal utility
P      = harga
M     = pendapatan konsumen

Q
1
2
3
4
5
6
7
8
MUx
16
14
12
10
8
6
4
2
MUy
11
10
9
8
7
6
5
4

Diketahui        :    Px  = 2        Py  =  1            M  = 12

Syarat Equilibrium:
1. MUx / Px  =  MUy / Py
    12 / 2  =  6 / 1
2. Px Qx + Py QY  =  MPx Qx + Py QY  =  M
    (2) (3) + (1) (6)   = 12

Total Utility   =  MUx QX + MUy QY
  =  (12) (3) + (6) (6)
  =  72

8,7,6,5,4,3,2,1
11,10,9,8,7,6,5,4

 
2.) Pendekatan Ordinal

Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).

Ciri-ciri kurva indiferens:
1.Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)
2.Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)
3.Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda

               Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal

Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .